EKSTRAKSI DAUN NANAS SEBAGAI TAMBAHAN ZAT ANTIBAKTERI DALAM SABUN MANDI

Posted by konservasi 120 UNNES on 14.27


EKSTRAKSI DAUN NANAS SEBAGAI TAMBAHAN ZAT ANTIBAKTERI DALAM SABUN MANDI


A.PENDAHULUAN
sabun mandi  merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia. Tidak bisa dipungkiri bahwa kita harus membersihkan badan setiap hari. Banyaknya kegiatan mengharuskan kita untuk mandi minimal dua kali dalam sehari untuk menjaga kesehatan badan. Sabun yang baik adalah sabun yang memiliki fungsi ganda, selain untuk menetralkan badan yang asam karena keringat atau membersihkan dari kotoran tetapi juga bisa sebagai antiseptik. Produksi sabun tidak lepas dari bahan-bahan kimia sebagai zat aktivator.
Bahan-bahan kimia yang digunakan ternyata kurang ramah lingkungan dan menimbulkan pencemaran air. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk menemukan bahan yang ramah lingkungan. Salah satu penelitian menemukan zat antiseptik alami yaitu dalam daun nanas.
B. PEMBAHASAN
            1. SABUN
            Sabun adalah salah satu jenis surfaktan yang terbuat dari minyak atau lemak alami. Surfaktan mempunyai struktur bipolar, bagian kepala bersifat hidrofilik dan bagian ekor bersifat hidrofobik karena sifat inilah sabun mampu mengangkat kotoran (Biasanya lemak) dari badan.(Permono,2001). Pembuatan sabun menggunakan teknik saponifikasi. Proses ini dilakukan dengan mereaksikan minyak atau lemak dengan logam alkali dengan produk sampingannya berupa gliserin.(Prawira,2010).
Sabun mandi memiliki beberapa bahan aktif yang memiliki fungsi tersendiri yaitu Sodium lauryl sulafat (SLS) berfungsi sebagai zat pengangkat kotoran dan noda minyak, Diethanolamina yang berfungsi sebagai pengemulsi dan pembuat busa, Gliserin yang berfungsi sebagai pelembab kulit, Lactic Acid yang berfungsi sebagai zat pencerah, danStearic acid  yang berfungsi sebagai pengeras sabun dan menstabilkan busa.
Cara kerja sabun adalah dengan cara mengikat minyak di dalam air, sehingga akhirnya minyak dankotoran yang melekat dapat dibilasdengan mudah.
            2. NANAS
Nanas adalah tumbuhan yang banyak dijumpai di seluruh pelosok nusantara.Nanas merupakan tanaman buah berupa semak yang memiliki nama ilmiah Ananas cosmosus. Tanaman ini ditanam di kebun-kebun, pekarangan, dan tempat-tempat lain yang cukup mendapat sinar matahari pada ketinggian 1-1300 m dpl. Nanas merupakan tanaman buah yang selalu tersedia sepanjang tahun. Herba tahunan atau dua tahunan, tinggi 50-150 cm, terdapat tunas menyarap pada bagian pangkalnya. Daun berkumpul dalam roset akar dan pada bagian pangkalnya melebarmenjadi pelepah. Helaian daun berbentuk pedang, tebal, panjang 80-120 cm, lebar 2-6 cm, ujung lancip menyerupai duri, tepi berduri tempel yang bengkok ke atas, sis bawah bersisik putih, berwarna hijau atau hijau kemerahan, bunga majemuk (Sugeng,2010).

               Gambar 1. Daun Nanas
           (www.KabariNews.com/?32483 )
Ada dua varietas yang sudah lama dikembangkan diIndonesia yaitu nanas queen dan nanas smooth coyenne. Nanas queen banyak ditanam di daerah Bogor dan Palembang.  Nanas queen memiliki rasa yang lebih manis dari pada nanas coyenne dan memiliki daun yang berduri. Nanas queen umumnya ditanam di dataran rendah, sedangkan nanas coyenne ditanam luas di dataran tinggi. Namun, khususnya untuki nanas coyenne yang ditanam di daerah Subang, buahnya lebih manis dari pada nanas queen dan nanas jenis coyenne di daerah lain (Redaksi ArgoMedia Pustaka,2009). Dalam penelitian ini digunakan daun tanaman nanas queen.
            Buah nanas mengandung vitamin (A dan C), kalsium, fosfor, magnesium, besi, natrium, kalium, dekstroksa, sukrosa (gula tebu), dan enzim bromelain. Daun ,buah dan akarnanas mengandung saponin, flavonoid dan polifenol.

            Sapomin adalah senyawa aktif. Permukaan yang kuat yang menimbulkan busa jika dikocok dalam air. Mula-mula disebut sapomin karena sifatnya yang khas menyerupai sabun. Sapomin adalah suatu glikosida yang ada pada banyak pada macam tanaman. Sapomin memilliki kegunaan dalam pengobatan, terutama karena sifatnya yang mempengaruhi absorpsi zat zat aktif secara farmakologi. Beberapa sapomin bekerja sebagai antimikroba (Masroh,2010).

 
 


     Gambar.  Struktur kimia sapomin


Flavonoid merupakan senyawa fenol yang bisa menghambat sintetis dinding sel (Mujab et al, 2008). Protein yangmenggumpal tidak akan dapat berfungsi lagi sehingga akan mengganggu pembemtukan dinding sel bakteri. Fenol merupakan senyawa anti bakteri yang kuat( jawetz et al, 2001)
 
Gambar. Struktur kimia Falvonoid
Mekanisme kerja antibakteri yaitu menghambat sintesis dinding sel bakteri, penghambatan sintesis protein bakteri, penghambatan sintesis asam nukleat (DNA/RNA), dan penghambatan sintesis matabolit esensial bakteri.

3. PENGEKTRAKSIAN DAUN NANAS
            Ektraksi daun nanas bisa didapatkan dengan metode Infus. Metode infus adalah metode pengambilan ekstrak suatu simpilsa atau bahan alamiah nabati dengan menggunakan air pada suhu selama 15 menit (FI, 1979). Pertama siapkan daun nanas yang masih segar kemudian dipotong kecil-kecil dan dilanjutkan pemblenderan sampel. Metode ini dalam prosesnya kita membutuhkan satu unit panci yang terdiri dari dua buah panci yang bisa ditumpuk. Panci ini sering disebut “panci tim”. Bahan yang akan diekstraksi berada di panci yang atas beserta pelarutnya yaitu air dengan takaran tertentu. Panci yang bawah diisi dengan air. Ini bertujuan untuk memanaskan panci yang diatasnya agar tidak langsung berhubungan langsung dengan api. Penempatan panci seperti itu bertujuan agar zat aktif pada bahan ekstrak tidak rusak. Karena zat aktif ini akan rusak jika dipanaskan pada suhu 100o. (Gunawan, 2004). Pemanasan ini menggunakan api sedang dengan derajat maksimal 90o sambil diaduk-aduk. Serkai selagi panas melalui kain flanel, tambahkan air panas secukupnya melalui ampas sehingga diperoleh volume infuse yang dikehendaki (Anonym,1979).
4. PENAMBAHAN EKSTRAK DAUN NANAS PADA PEMBUATAN SABUN MANDI

Pembuatan sabun sendiri menggunakan proses saponifikasi yaitu hidrolisis lemak menjadi asam lemak dan gliserol dengan penambahan NAOH sambil dipanaskan. Asam lemak yang berikatan dengan Na itu yang disebut sabun. Reaksi penyabunan merupakan rekasi eksotermis sehingga harus diperhatika pada saat penambahan minyak dan alkali agar tidak terjadi panas yang berlebihan. Dalam proses ini penambahan larutan alkali (NAOH atau KOH) dilakukan sedikit demi sedikit sambil diaduk dan dipanaskan (Levenspiel, 1972).

Dalam penambahan zat antiseptik dari ekstaksi daun nanas harus menggunakan takaran tertentu. Takarannya masih dalam taraf mikro. Penambahannya bersama dengan penambahan zat aktif lain, seperti gliserin, lactic acid, dll.
C.PENUTUP
            Sabun merupakan kebutuhan manusia sehari-hari. Dalam fungsinya, sabun memiliki  fungsi sebagai pembersih badan dari kotoran, pencerah dan pelembab kulit, dan zat antiseptik. Zat antiseptik yang ditambahkan biasanya berasal dari zat kimia berbahaya yang kuarang ramah lingkungan. Menurut penelitian, zat antiseptik bisa ditemukan dalam daun nanas. Zat antiseptik ini bernama sapomin dan flavonoid yang berasal dari ekstrak daun nanas. Ini bisa digunakan sebagai pengganti zat kimia berbahaya dengan takaran tertentu yang sudah ditentukan.


Nama Anda
New Johny WussUpdated: 14.27

0 komentar:

Posting Komentar

Entri Populer

Diberdayakan oleh Blogger.

Daftar Blog Saya

PGA Head Teaching Professional

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

cari blog-blog menarik disini

Pages

What's Trending

CB